Ilmu itu sesungguhnya tidak didapatkan melalui proses belajar mengajar,
akan teetapi Ilmu itu adalah pemberian Tuhan,
karena Ilmu itu adalah cahaya yang Allah campakkan kepada jiwa-jiwa yang di kehendaki-Nya.
(Al-Gazali)
Pada dasarnya manusia diciptakan dengan membawa unsur-unsur kecerdasan. Awalnya kecerdasan yang dipahami banyak orang hanya merupakan kecerdasan intelejensi (Intelegency Quotient), sesuai dengan perkembangan pengetahuan manusia, maka ditemukan tipe kecerdasan lainnya melalui penelitian-penelitian empiris dan longitudinal oleh para akademisi dan praktisi psikologi, yakni kecerdasan emosional (emotional quotient) dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient).
Secara singkat kecerdasan Intelektual (IQ) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan untuk mengelola perasaan, baik itu Empati, simpati, motivasi, semangat, dan optimisme yang tinggi. Sedangkan kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kemampuan memberi makna dan nilai segala sesuatu terkait dalam kehidupan sehingga dapat mengetahui arah tujuan yang akan dicapai tidak hanya dunia tapi juga akhirat.
Kesuksesan hidup yang paripurna adalah didapati ketika kita mampu menyeimbangkan ketiga kecerdasan tadi. Dalam konteks kehidupan kampus misalnya, mahasiswa diera kekinian mengalami keterpojokan dalam dunia pendidikan karena seluruh kurikulum pelajaran hanya mengacu pada satu jenis kecerdasan yaitu kognitif atau Intelektual saja, sehingga pelajaran-pelajaran lebih banyak menggunakan teori-teori yang harus menggunakan metode hafalan, bukan penghayatan.
Metode menghafal (IQ) sebenarnya boleh-boleh saja, akan tetapi selain itu juga dibutuhkan penghayatan (EQ) dan pemaknaan (SQ) sehingga peserta didik benar-benar memahami tentang disiplin Ilmu yang di ajarkan bahkan mengetahui mengapa Ilmu itu harus ada, bagaimana mempelajarinya, serta mau dikemanakan atau dimanfaatkan untuk apa Ilmu itu nantinya. Sehingga generasi-generasi akademik yang nantinya mewarisi negeri ini benar-benar merupakan sember daya manusia yang tidak hanya unggul dari segi kuantitas Nilai IP, tetapi juga unggul dari segi kualitas Skill dan moralitas.
Goleman (Pakar EQ) pernah mengatakan bahwa betapa banyak orang-orang yang memiliki IQ yang tinggi dengan EQ yang rendah mengalami kegagalan dalam hidupnya, akan tetapi sebaliknya betapa banyak orang yang memiliki IQ yang pas-pasan dengan EQ yang tinggi mendapatkan hidup yang sukses.
Dan ternyata banyak orang yang sukses tetapi tidak memahami arti kesuksesannya sehingga ia kemudian sombong, angkuh dan tentu saja dibenci oleh orang-orang disekitarnya, hal ini dikarenakan ia belum memiliki kecerdasan ketiga yaitu SQ. Karena dengan spiritual quetion (SQ) maka seseorang mampu memberi nilai dan makna dari sebuah kesuksesan yaitu rasa syukur yang dalam kepada sang pemberi sukses itu sendiri yaitu Allah Rabbul Izzati, sehingga tidak ada lagi kesombongan, ujub, takabbur, dan seluruh sikap angkuh pada dirinya. SQ membuat seseorang itu memahami bahwa segala yang ia miliki merupakan titipan Tuhan yang akan dimintai pertanggung jawabannya.
Terakhir sebagai kesimpulan, buat teman-teman yang lagi menghadapi ujian Mid semester agar menyeimbangkan antara IQ, EQ dan SQ (Keseimbangan antara Kecerdasan, Motivasi belajar yang tinggi, dan Kesyukuran atas hasil yang di peroleh). Selamat berjuang semoga sukzest….wallahu a’lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar